Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulanhutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.
Macam-Macam Erosierosi dibedakan menjadi 2, yaitu:
1). Erosi alami atau erosi geologi (Geologycal erosion)
Erosi alami atau erosi geologi adalah erosi yang berlangsung secara alamiah, pada keadaan ini tidak dikhawatirkan oleh proses erosi, karena masih merupakan proses keseimbangan alam, artinya kecepatan kehilangan tanah masih sama atau lebih kecil dari proses pembentukan tanah. Proses erosi ini terjadi karena adanya pelapukan terhadap suatu batuan. Pemecahan agregat-agregat tanah atau bongkah-bongkah tanah ke dalam partikel-partikel tanah yaitu butiran-butiran tanah yang kecil, sebagai akibat dari faktor eksternal seperti panas dan dingin. Kemudian partikel-partikel tersebut dipindahkan melalui penghanyutan ataupun karena kekuatan angin(transportasi), setelah itu terjadi proses pengendapanatau sedimentasi pada daerah-daerah datar seperti di dasar-dasar sungai atau lembah. Pada erosi jenis ini kesuburan tanah masih terjaga, belum mengalami degradasi yang berarti.
2). Erosi dipercepat (Accelerated erosion)
Erosi dipercepat atau Accelerated erosion yaitu proses erosi yang dipercepat akibat tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan yang salah dalam pengelolaantanah pada pelaksanaan pertanian. Dari pengertian ini diketahui bahwa aktivitas manusia sangat membantu dalam mempercepat terjadinya proses erosi. Erosi yang dipercepat ini banyak menimbulkan bencana dan kerugian seperti banjir, kekeringan, ataupun turunnya produktivitas tanah. Hal ini dikarenakan bagian tanah yang terhanyutkan atau terpindahkan jauh lebih besar dibanding dengan pembentukan tanah.
Erosi dapat juga dibedakan berdasarkan kenampakan lahan
1) Erosi Percikan (Splash Erosion)
Erosi percik adalah terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Erosi ini terjadi pada awal hujan, dimana intensitas erosi meningkat dengan adanya air genangan, tetapi setelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali ukuran butir hujan, erosi percik menjadi minimum.
2) Erosi Kulit (Sheet Erosion)
Erosi kulit adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian. Erosi kulit merupakan bentuk erosi yang terjadi setelah erosi percik. Erosi kulit dapat terlihat secara jelas di daerah yang relatif seragam permukaannya dan daerah yang memiliki potensi besar mengalami erosi kulit adalah daerah dengan komposisi lapisan permukaan tanah atas yang rentan atau lepas terletak di atas lapisan bawah yang sulit. Besar kecilnya tenaga penggerak terjadinya erosi kulit ditentukan oleh kecepatan dan ke dalaman air larian.
3) Erosi Alur (Rill Erosion)
Erosi alur adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Erosi alur terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah transportasi sedimen.
4) Erosi Parit (Gully Erosion)
Erosi parit merupakan perkembangan lanjut dari erosi alur, dikatakan sebagai erosi parit apabila alur sudah sangat besar dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan pembajakan biasa atau alur tersebut berhubungan langsung dengan saluran pembuangan utama. Erosi parit diklasifikasikan menjadi erosi parit bersambungan dan erosi parit terputus-putus. Sedangkan menurut bentuk penampang melintangnya erosi parit dibedakan menjadi parit bentuk V dan parit bentuk U. Erosi parit bentuk V terjadi pada tanah yang relatif dangkal dengan tingkat kerapuhan tanah (erodibilitas) seragam, sedangkan erosi parit bentuk U terjadi pada tanah dengan erodibilitas rendah terletak di atas lapisan tanah dengan erodibilitas tanah lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar